Monday, October 5, 2009

Kabut Asap

Pematangsiantar khusunya lokasi dimana kami tinggal, sekarang terus penuh dengan asap. Dari sore hari sampai pagi. Apalagi di pagi hari terasa menyengat hidung baunya. Masyarakat sekarang nampaknya kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Sampah plastik, daun, batang, cabang pohon dan lain sebagainya dibakar. Padahal kalau mereka mengerti akan kesehatan, lebih baik sampah tersebut dikumpulkan jadi satu di pinggir jalan. Pasti keesokan harinya diangkut oleh petugas kebersihan kota.

Apakah mereka tidak merasakan bau yang menyengat dan menyesakkan paru-paru ini ?

Memang cara berpikir yang pintas dan kurang bijak selalu dikerjakan oleh beberapa orang. Mereka berpikir dengan membakar sampah maka persoalan akan selesai. Padahal tidak.

Asap yang ditimbulkan oleh pembakaran tersebut berdampak pada terganggunya saluran pernapasan. Akhirnya banyak yang menderita sakit batuk bahkan mungkin lebih parah dari itu. Bisa saja mengakibatkan kanker saluran pernapasan apabila menghirup asap secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Mengingat asap pembakaran tersebut bersumber dari berbagai unsur seperti misalnya plastik, atau bahkan ban, cat, dan lain sebagainya.

Selain asap, panas yang dikeluarkan dalam pembakaran bisa membuat organisme-organisme dalam tanah mati. Sehingga kesuburan tanah akan berkurang. Memang bisa pulih kembali, tapi membutuhkan waktu. Dan bila pembakarannya terus-menerus di tempat yang sama, maka belum tentu akan terjadi pemulihan atas organisme-organisme yang mati tersebut.

Andai semua lini masyarakat menyadari bahwa pembakaran sampah berdampak negatif, maka sampah yang ada akan dikumpulkan di pinggir jalan. Dan bila perlu dipisahkan antara sampah organik, sampah plastik, sampah basah, dan sampah kering.

Mungkin perlu adanya sosialisasi dari pemerintah setempat kepada masyarakat dalam menangani sampah rumah tangga. Ini semua untuk kelestarian lingkungan setempat.

Dan supaya jangan ada lagi kabut asap.

No comments: