Wednesday, September 30, 2009

Gerakan 30 September

Apakah kita masih ingat tanggal hari ini beberapa puluh tahun lalu. Dalam pelajaran sekolah (dulunya) diajarkan bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) melakukan gerakan untuk menggoyahkan kekuatan Pancasila. Itulah yang selalu diajarkan dalam materi Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Dimana para Jenderal terbaik dan tertinggi waktu itu dengan kejam diculik dan dibunuh serta dikubur secara tidak layak. Mereka meyakini bahwa para Jenderal inilah yang akan menghalangi gerakan mereka.

Setiap tahun setelah kejadian yang keji itu tanggal 30 September selalu diperingati dan dikenang untuk memperingati adanya kejadian tersebut. Serta untuk mengingat bahwa tidak ada yang bisa mencoba untuk menggoyahkan kekuatan Pancasila sebagai dasar negara.

Tapi kejadian itu kembali dipertanyakan setelah Presiden kedua RI (Jenderal TNI Suharto) yang juga merupakan pelaku sejarah yang ikut serta mempertahankan keutuhan dan kekuatan Pancasila turun dari kursi Kepresidenan.

Banyak ahli sejarah kembali mempertanyakan keabsahan dan kejujuran yang terjadi dibalik kematian para Jenderal tersebut.

Hal inipun berakibat pada dilemahkankannya peran Pancasila yang katanya waktu itu akan digoyahkan oleh gerakan yang dinamakan G.30.S/PKI.

Acara peringatan yang dulunya ramai diadakan di seluruh Indonesia saat ini tidak terasa lagi. Upacara untuk memperingati hari itupun bukan merupakan suatu kewajiban lagi. Tanggal 30 September kini hanya sebuah tanggal biasa.

Namun ada satu hal yang sebenarnya perlu kita renungi bersama. Kita tidak perlu memperdebatkan siapa yang jujur, siapa yang mengambil keuntungan dibalik kejadian ini, atau alasan apapun itu. Yang perlu kita ingat dan layak untuk diperingati adalah bagaimana suatu gerakan (entah siapapun dalangnya) telah membuat putra terbaik bangsa kehilangan nyawanya hanya oleh suatu tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Inilah yang perlu kita renungi bersama. Janganlah kematian para Jenderal itu, hanya sebagai pengorbanan sia-sia belaka. Karena mereka takkan mati apabila kejadian itu tidak ada.

Monday, September 28, 2009

Abdi Negara Abdi Masyarakat

Mungkin ..... ya mungkin banyak orang sudah mendengar semboyan atau slogan ini. Inilah slogan Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tugasnya.

Sebagai Abdi Negara, menurutku PNS harus mencurahkan seluruh perhatian dan waktunya untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan negara ini. Walaupun gaji dan penghargaan yang diterima tidak seberapa.
Tapi apa hendak dikata, semboyan tinggal semboyan. Ada otak-otak busuk bercokol di tubuh organisasi PNS baik di pusat maupun di daerah. Korupsi melanda. Mark up kegiatan satuan unit kerja berlangsung. Seolah-olah kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan biaya yang tinggi.

Sebagai Abdi Masyarakat, menurutku PNS harus memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat tanpa pamrih, tanpa berkira mau dibayar berapa, dan tanpa yang lain-lainnya. Tapi itu seperti memasak nasi jauh dari api. Untuk mengurus KTP (yang katanya gratis untuk beberapa daerah atau bayar dengan jumlah Rupiah yang sedikit) saja ada saja alasannya, tak ada Lurah; tak ada ongkos ke kantor Camat; Camatnya lagi cuti; masih banyak tak ada lainnya. Mengurus Sertifikat Hak Milik Tanah pun di bola ke sana kemari. Sifat PNS seperti itu membuat masyarakat yang tidak punya uang tidak suka bahkan takut mengurus segala sesuatunya di instansi pemerintahan.
Satu hal lagi, jangankan untuk melayani masyarakat, sesama PNS pun terkadang tidak saling memberikan pelayanan yang terbaik. Saling mempersulit. Memang susah juga "jeruk makan jeruk". Untuk mengirimkan surat dinas saja, selalu ditanya : Surat untuk apa ini? Apa ada uang prangkonya?

Memang tidak semua PNS berlaku seperti itu. Tapi seperti kata pepatah "Karena nila setitik rusak susu sebelanga". Segelintir PNS berbuat salah, jutaan PNS kena getahnya. Terlebih pada PNS golongan rendah yang tak tahu apa-apa. Yang diperintah sana sini. Tapi ikut merasakan hujatan dari pihak luar.

Entah kapan semboyan Abdi Negara Abdi Masyarakat berlaku sebagaimana mestinya biar sejalan dengan Good Government. Jangan hanya diucapkan tapi tak dilaksanakan.

I Hope so.

Thursday, September 24, 2009

Cuti Bersama

Kebijakan cuti diberikan agar para pegawai / karyawan bisa istirahat / refreshing setelah melakukan kerja rutin yang terkadang melelahkan pikiran dan tenaga. Cuti diambil pegawai / karyawan untuk meluangkan waktu bersama keluarga untuk waktu yang agak lama.
Semula cuti diberikan untuk masing-masing pribadi pegawai / karyawan. Namun saat ini ada juga istilah cuti bersama.

Adanya cuti bersama berdampak positif dan negatif. Mengingat bila instansi /kantor tersebut berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat, maka akan merugikan masyarakat yang mau berurusan dengan instansi / kantor tersebut.

Kalau dampak positifnya, para pegawai / karyawan bisa melakukan cuti tanpa harus membuat permohonan.

Namun semua itu mungkin sudah dipikirkan oleh para pembuat keputusan.
Mudah-mudahan kebijakan yang ada tidak merugikan masyarakat.

Tuesday, September 15, 2009

Simpang Limo Bengkulu

Saat pertama kali kulihat search engine google tentang Bengkulu, ada kulihat satu blog yang menarik bagiku, maklum akukan besar di daerah itu, dari sejak lahir sampai tamat SMP aku berada di Bengkulu.

Apalagi aku sekolah di Sint Carolus, pastinya selalu melewati Simpang Limo. Simpang ini bukan sekedar nama, memang karena jumlah jalan yang bersimpang kesitu ada 5 jalan. Makanya di bilang simpang Limo.

Dulu kuingat ada pancuran di tengah simpang itu, maklum terakhir aku ke Bengkulu tahun 2002. Tak terasa udah 7 tahun tak ke Bengkulu.

Oh ya bagi yang mau liat blog yang mirip namanya dengan Simpang Limo silahkan klik aja ini
http://simpanglimo.blogspot.com

Mudah-mudahan menjadi informasi yang berguna bagi yang membaca.
Syalom.